Candi merupakan tinggalan masa lalu yang sampai sekarang masih banyak dijumpai. Di Indonesia sebutan Candi juga digunakan untuk menyebut pertirtaan dan gapura. Candi sendiri merupakan peninggalan arkeologis dari masa Hindu-Budha. Candi merupakan tempat pemujaan kepada para Dewa. Didalam candi sendiri terdapat relief. Didalam seni bangun Candi, relief mempunyai peranan penting, sebagai media visual yang memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai ungkapan historis, filosofis, dan edukatif (Suliantoro, 1990). Fungsi historis dari relief ditunjukkan dengan penggambaran candra sengkala, yaitu menunjukkan makna angka tahun pendirian candi atau peristiwa penting lainnya. Fungsi filosofisnya sendiri melalui penggambaran secara kesuluruhan suatu cerita yang didalamnya terkandung makna filsafati. Fungsi edukatif ditunjukkan pada inti filosofi penggambaran relief yang berisi tuntunan atau pendidikan moral bagi manusia.
Penggambaran cerita dalam relief meliputi kondisi lingkungan dan kehidupan masyarakat Jawa termasuk kondisi kehidupan alamnya. Gambaran tersebut berupa manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, suatu peristiwa tertentu dan aktivitas tertentu pada masa tersebut. Gambaran pada relief tersebut bisa menjadi sumber data arkeologi untuk merekonstruksi kehidupan pada masa lalu. Dalam kaitannya pengambaran fauna dalam relief terdapat dua jenis penggambaran. Yaitu sebagai latar dalam suatu cerita dan sebagai tokoh inti dalam suatu cerita. Penggambarannya dalam relief juga bermacam-macam, hal tersebut bisa terjadi karena keahlian pemahatnya, isi ceritanya dan latar belakang keagamaannya. Keahlian pemahat dalam relief merupakan salah satu faktor penting penggambaran fauna dalam relief. Proses pembuatanya biasanya isi cerita pada relief telah ditentukan adegan dan cerita atau peristiwa yang akan digambarkan pada relief. Namun sentuhan akhirnya bisa terpengaruh oleh ide, kreativitas, dan daya cipta pemahatnya.bisa dikatakan bahwa relief sebagai karya seni merupakan ungkapan nyata yang dapat dilihat dan diraba dari ide yang ada didalam diri seniman pembuatnya (Kusen, 1985). Ide yang dituangkan dalam relief memiliki tujuan sebagai penyampaian pesan kepada para penikmatnya setelah relief ini dibuat. Relief diusahakan mencerminkan pemahaman tentang agama yang dianut pada saat itu. Salah satu penyampaian pesannya adalah melalui cerita fabel. Dan cerita fabel tersebut dapat diketemukan dalam relief jataka di Candi Borobudur.
Ide yang dituangkan dalam relief memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan kepada para penikmatnya setelah relief dibuat. Relief diusahakan mencerminkan pemahaman tentang agama yang dianut pada saat itu. Salah satu penyampaian pesannya adalah melalui cerita binatang, yang antara lain dapat diketemukan dalam relief jataka di Candi Borobudur. Relief jataka terletak pada bangunan tingkat I di langkan bawah, terdiri dari 372 panil. Berbagai pendapat menyatakan bahwa relief jataka adalah cerita Sang Budha sebelum dilahirkan sebagai pangeran Sidharta. Isi pokoknya adalah penonjolan perbuatan baik yang membedakan sang Bodhisattwa dari makhluk-makhluk lainnya. Sang budha sendiri dalam kisahnya telah berulang-ulang dilahirkan dan dilahirkan kembali sampai ratusan kali , baik sebagai binatang maupun manusia. Maka kisah-kisah tersebut dibukukan sebagi satu himpunan. Himpunan paling terkenal adalah Jatakamala atau “Untaian kisah jataka”, karya penyair Aryasura yang hidup pada abad IV M. (Joesoef, 2004).
daftar bacaan:
Joesoef, Daoed. 2004. “Borobudur”. Jakarta: Kompas.
Kusen. 1985. Kreativitas dan kemandirian seniman Jawa dalam mengolah pengaruh budaya asing. Dalam Proyek Penelitian dan Pengajaran Kebudayaan Nusantara Dirjen Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suliantoro. B.W. 1990. Nilai Estetis Candi Prambanan. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.