Senin, 22 September 2008

Menatap sejarah masa lalu di Banten

Banten dalam sejarahnya dikenal sebagai daerah tempat berdirinya sebuah Kerajaan Islam, yaitu Kasultanan Banten. Bukti sejarahnya dapat dilihat pada bangunan peninggalannya, seperti Keraton Surosowan, Keraton Kaibon dan tentu saja yang paling sering kita dengar, Komplek Mesjid Agung Banten. Tentu kita tak heran bila mendengar nama Mesjid Agung Banten, namun nama tempat seperti Keraton Surosowan dan Keraton Kaibon asing di telinga. Wajar bila terdengar asing karena kedua tempat tersebut kini tinggal menyisakan puing-puingnya saja. Kemegahan bangunan tersebut kini telah hilang dan lagi diperparah dengan kondisi sekitar bangunan tersebut yang cenderung kumuh yang akhirnya semakin menenggelamkan sisa-sisa jejak kemegahan Kasultanan Banten.

Keraton Surosowan sendiri merupakan kumpulan bangunan tempat tinggal keluarga raja. Keraton ini diperkirakan berdiri pada abad ke 17. Berdasarkan berita penelitian arkeologis ada beberapa tahap pada pembangunan Keraton Surosowan. Fase pertama pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin (1552-1570). Fase kedua diperkirakan pada tahun 1680 dengan bantuan arsitek Hendrik Lucaszoon Cardeel. Fase ketiga adalah tahap pendirian kamar-kamar di sepanjang dinding utara, fase keempat dilakukan perubahan pada gerbang utara dan mungkin juga pada gerbang timur. Pada fase terakhir terjadi penambahan banyak kamar di bagian dalam dan penyempurnaan isian dinding. Keraton Surosowan saat ini hanya menyisakan reruntuhannya saja. Bangunan yang masih nampak hanya tembok benteng yang mengelilingi sisa-sisa bangunan. Sisa bangunannya berupa fondasi dan tembok dinding yang sudah hancur, sisa bangunan petirtaan, dan bekas kolam taman.


Foto di atas adalah gerbang timur benteng Surosowan. Dibuat bentuk lengkung dimaksudkan untuk mencegah tembakan langsung bila pintu gerbang dibuka, pintu gerbang ini dibuat dengan atap setengah silinder. Pintu gerbang ini merupakan salah satu bangunan yang tersisa dari Keraton Surosowan


Kolam pancuran Mas di Keraton Surosowan


Keraton Surosowan mengalami beberapa penghancuran. Kehancuran pertama kali terjadi pada tahun 1680. Kehancuran kedua merupakan yang paling parah, terjadi pada tahun 1813, ketika itu Gubernur Jenderal Belanda Herman Daendels memerintahkan penghancuran keraton, setelah itu keraton ditinggalkan penghuninya.

Tidak ada komentar: